Rabu, 20 April 2011

PSIKOLOGI DAKWAH

STUDY KASUS DAKWAH YANG EFEKTIF DAN DAKWAH
YANG KURANG EFEKTIF

Disusun guna memenuhi tugas mid semester matakuliah Psikologi Dakwah
Oleh : Sujiyanto

Pendahuluan
Dakwah merupakan hal penting dalam penyebaran agama islam. Dakwah adalah alat untuk memperkenalkan islam kepada orang-orang non islam dan internal umat islam itu sendiri. Defenisi dakwah adalah setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis akidah, syariat dan akhlak islami.
Peranan dakwah sebagai media komunikasi dengan objek dakwah, baik eksternal maupun internal umat islam memiliki peranan penting terhadap perkembangan islam itu sendiri.
Untuk berdakwah, diperlukan suatu keterampilan yang disebut dengan ilmu dakwah. Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan-tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian orang lain untuk menganut, menyetujui, dan/atau melaksanakan suatu ideologi/agama, pendapat atau pekerjaan tertentu.
A. Dakwah yang efektif
Dakwah umat islam harus berorientasi kepada kondisi kekinian tanpa meninggalkan nilai-nilai hikmah dari Al Quran, Hadist dan orang-orang yang dirahmati Allah pada masa lalu. Maksudnya, dakwah yang dilakukan terhadap internal umat islam seperti ceramah dan khutbah di mesjid atau pendidikan agama islam di lingkungan pendidikan harus sesuai dengan permasalahan yang sedang berkembang di zamannya.
Dakwah yang efektif adalah dakwah yang komunikatif, yaitu dakwah yang dibutuhkan oleh pendengar, bukan dakwah yang hanya menyampaikan apa yang ingin disampaikan oleh dai.
Seperti metode dakwah yang dilakukan oleh salah seorang tokoh wali-songo yaitu Kanjeng Sunan Kalijogo yang dalam dakwahnya beliau sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
Sunan Kalijaga juga merupakan seorang wali yang moderat, artinya bahwa beliau tidak memaksakan islam kepada masyrakat jawa dengan faham dan budaya aslinya yang bersal dari arab atau Makah dan Madinah, akulturasi budaya yang dipakai Sunan Kalijaga untuk berdakwah sangatlah berdampak positif, artinya bahwa keberadaan jawa yang pada dasarnya kebudayaan asli tidak tergeser dengan adanya islam yang dibawa Sunan Kalijaga. Sebagaimana contoh cara dakwah kanjeng sunan yang njawani adalah dengan cara beliau berpakaian yang sangat jawa, yaitu dngan mengenakan pakian yang bermodel baju takwa sekarang ini dengan warna kas jawa yaitu hitam(sering disebut sebagai baju Wulung) atau baju yang bermotif sulur (atau sering disbut sebagai baju srojan).
Sunan Kalijaga juga terkenal seorang wali seniman yang ulung, hal ini di kerenakan kanjeng Sunan Kalijaga dalam mendekati masyarakat lebih menggunakan metode budaya masyarakat pada jaman dahulu, suatu missal Sunan Kalijaga juga menggunakan cerita wayang dalam menyebarkan islam, bahkan Sunan Kalijagalah yang kemudian dipercaya sebagai pencetus bentuk wayang kulit yang sekarang kita kenal sebagai salah satu budaya jawa asli.
Metode yang digunakan Kanjeng Sunan ini adalah Pendekatan Penawaran; cara ini sama yang telah dilakukan Nabi yaitu dengan memakai metode yang sangat efektif dan tepat tanpa paksaan sehingga mad’u ketika meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam dan dalam pengamalanya pun nanti dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Dalam kenyataanya banyak raja-raja besar dahulu yang masuk islam lantaran Sunan Kalijaga dengan pendekatan-pendekatan Kanjeng Sunan yang pandai mengambil hati umat dengan berbagai metode baik melalui tembang, wayang, gamelan, dsb.
Dan saya kira jika metode ini diterapkan pada zaman sekarang masih sangat efektif karena dakwahnya sangat memperhatikan faktor-faktor internal maupun eksternal umat yang meliputi latar belakang Agama, pendidikan, social ekonomi dan budaya dan terbukti bahwa dalam dakwahnya Kanjeng Sunan sangat toleran terhadap golongan manapun, semisal merubah cara memperingati adapt kematian yang dulunya dari waktu meninggalnya seseorang sampai tujuh hari diisi dengan berhamburan miras, judi dan sebagainya, nah adapt ini tidak dihilangkan secara langsung karena hal itu akan membuat umat merasa curiga akan tetapi hanya mengubah isi daripada acara tersebut yakni dengan membacakan kalimah-kalimat thiyibah kepada yang meninggal itu dan pada umumnya watak masyarakat itu lebih suka menerima apapun asalkan penyampaian dilakukan dengan apa yang bisa menyentuh hatinya sehingga ia tergugah untuk mengikutinya dengan rasa senang dan kesungguhan hati.

B. Dakwah yang kurang efektif
Dakwah yang kurang tepat akan dapat menimbulkan deviasi-deviasi pemahaman terhadap islam sehingga akan muncul pemahaman baru. Akibat yang lebih serius adalah tidak bergairahnya umat islam untuk mempelajari islam lebih jauh karena faktor pola pikir.
Dalam tulisan in akan saya muat contoh dakwah yang kurang bahkan tidak afektif untuk umat islam, seperti FPI yang kegiatannya mengajak umat dengan cara kekerasan dan paksaan, pokoknya sunguh anarkis, menghancurkan tempat-tempat maksiat kemudian memukuli penjual minuman keras, men-sweeping dan sebagainya yang membuat resah lingkungan. Memang Kegiatan menasihati adalah tugas kita bersama, tetapi menindak adalah kegiatan ulil amri (pemerintah kita).
Dakwah yang mudah diterima umat adalah dakwah yang menyentuh hati umat bukan membuat umat resah dan truma, kalau kita amati; apakah orang-orang yang mereka kejar, mereka pukuli, mereka siram dengan minuman keras, mereka hancurkan rumahnya adalah orang-orang yang mengerti atau tahu bahwa didalam Islam diajarkan bahwa minuman keras itu haram hukumnya? Atau bahkan lebih dalam lagi, apakah pasti bahwa yang mereka ‘serang’ itu semuanya muslim? Kebanyakan kita menghukumi seseorang tanpa asas praduga tak bersalah hingga hilang nurani kita dan akal menjadi buta dan hanya nafsu yang dikedepankan.
Bisa kita akaui memang ada kebaikan-kebaikan yang FPI lakukan semisal kegiatan bantuan korban gempa Padang, dll tetapi ormas lain pun bisa berbuat demikian dengan tidak melakukan vandal, anarkis, atau yang semisal.
Allah berfirman : ‘Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan cara yang hikmah (kata-kata baik), dan contoh-contoh perilaku yang baik, dan jikalau harus berdebat maka debatlah dengan cara yang paling tepat’ [An-Nahl: 125].
Ada sebuah kisah pada masa Nabi masih hidup “Ada seorang badui arab yang buang air kecil di masjid kemudian para sahabat marah dan akan menghentikannya namun rasul menahan para sahabat tersebut lalu berkata ia (badui itu) belum tahu tentang masjid. Hasilnya, sang badui arab masuk islam”.
Dakwah umat islam harus berorientasi kepada kondisi umat tanpa meninggalkan nilai-nilai hikmah dari Al Quran, Hadist dan orang-orang yang dirahmati Allah pada masa lalu. Maksudnya, dakwah yang dilakukan terhadap internal umat muslim maupun non muslim harus sesuai dengan permasalahan yang dihadapinya atau dakwah yang dibutuhkan oleh mad’u, bukan dakwah yang hanya memaksakan kehendak kepada umat.
Hal apapun jika dipaksakan saya kira akan menghasilkan sesuatu yang kurang sempurna begitupun mengajak umat jika mereka harus dipaksa tanpa adanya pendekatan-pendekatan psikologis terhadap perilakunya maka umat akan semakin kabur dan menjauh dari ajakan itu dan dari beberapa kenyataan yang terjadi telah membuktikan bahwa orang akan mengikuti perintah apapun jika orang tersebut merasakan cinta dan senang kepada orang yang memerintahnya itu.
Dengan demikian, beragama akan terasa lebih indah dan benar-benar menyentuh setiap lini kehidupan manusia yang bermuara pada keyakinan paripurna dalam bentuk iman yang sempurna.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar