Rabu, 20 April 2011

RICE JACKING
Disusun oleh : Sujiyanto
Beras adalah makanan pokok yang paling banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik di seluruh belahan dunia, setiap hari beras dimakan lebih dari milyaran umat manusia. Tidak ada panen lain yang memenuhi kebutuhan orang atau begitu penting bagi Negara-negara miskin, namun pada musim semi 2008 harga kebutuhan dasar meningkat dan harga beras meningkat 6× hanya dalam beberapa bulan terakhir, kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya, beras yang mengatur kesehatan dunia tidak lagi dipercaya.
Jadi apa yang terjadi di pasar beras pada musim semi 2008?
Afrika merupakan korban utama krisis ini kerena afrika mengimpor makanan pokok yang dikonsumsinya , di Sinegal khususnya jumlah beras yang dimakan meningkat 10× lipat dalam 4th terakhir, beras import ada dimana-mana dan kebiasaan memakan beras ini berlangsung sampai sekarang, sebenarnya kebiasaan memakan beras tidak datang begitu saja.
Beras di import ke sinegal pada abad ke 19 karena perancis menanam padi di Cochinchina sebagaimana mereka menyebutnya saat itu, Cochinchina dan Sinegal adalah dua koloni utama perancis, jadi mereka menjual beras ke Sinegal dan rakyat Sinegal terbiasa makan nasi, dan rakyat dipaksa makan nasi sedangkan mereka hanya bisa membayar beras dengan kacang tanah.
Walaupun kekaisaran koloni perancis sudah tidak ada lagi akan tetapi sistemnya masih tetap ada, Dapatkah Afrika menghasilkan beras sendiri? , bertentangan dengan ide-ide yang diterima secara umum, sawah merupakan pemandangan di Afrika dan padi ditanam sekitar Th 1500 SM di dataran Niger, namun kini padi ditanam bagi para petani yang tertarik saja dan diproduksi tanpa subsidi sehingga beras Afrika lebih mahal dari beras Asia sehingga tidak dapat bersaing, dan bagaimana hal itu bisa menjadi sebaliknya saat yayasan Internasional yang besar seperti Bank Dunia dan IMF selalu mendesak berbagai Negara Afrika untuk mengimpor beras mereka.
Itu berlangsung saat pasar global rendah selama para eksportir yang berniat untuk mengexpor produksi mereka dan siap memberi kredit bagi bantuan makanan dan lain-lain. Namun saatnya telah tiba dimulai pada 2007 saat dunia dalam kondisi difisit harga-harga meningkat dan tidak ada yang bisa membantu dan hal itu terjadi pada musim semi 2008.
Kemudian siapa para eksportir ini?
Beras juga merupakan imdustri, aliran tiada henti yang dimainkan oleh para pengusaha. Thailand kini menjadi eksportir beras terbesar di dunia, mereka sudah mulai menanam sejak dulu namun apa yang mereka tahu sudah sangat berbeda dari sekarang ini, dulu orang tergantung pada otot dan kekuatan sedangkan sekarang semua kehidupan diatur oleh mesin karena sudak dimodernisasi. Dulu dalam memanen dibutuhkan 60 orang kini 8 sudah cukup dengan menyewa mesin pemanen dari perusahaan terdekat dan hanya beberapa jam padi sudah terkumpulkan, seperti kebanyakan petani padi dalam setahun mampu memanen 2 hingga 3×, ini adalah suatu yang menguntungkan. Dengan kehebatan itu Thailand mampu mengekspor 10jt ton/th atau dari kata lain ½ dari total produksinya.
Para eksportir dan pembisnis beras yang ditekuninya itu sebenarya sudah dimulai dari nenek moyang mereka dengan membaca keadaan pasar dan alam melalui berbagai media informasi yang ada saat itu, untuk mengetahui kapan mereka harus menjual dan kapan mereka harus membeli?, kapan harga naik dan kapan harga turun?
Sinegal hanya beberapa tahun lalu menjadi pengimpor beras dan hanya Organisasi yang di izinkan untuk membeli, akibatnya pegawai negeri dan para menteri senior yang korupsi mengambil tindakan sendiri, namun monopoli ini dihentikan dan diambil alih oleh para pengusaha swasta salah satunya adalah Mustafatal seorang pengusaha beras terkenal dan tokoh terkemuka di Dakar. Sesuai dengan reputasi ini perusahaan Multinational yang tidak dikenal public dan yang sebagian besar di geneva mencari keleluasaan sebelum yang lainya.
Para pengimpor afrika yang berkepribadian hebat dan para eksportir China-Thailand dengan berbagai riwayat hebat, perdagangan tetap bisa berlanjut dilapisan ini tapi ada pemain ke 3 yang mengambil keuntungan besar dari hal itu mereka adalah perantara antara ke dua Negara importer dan eksportir.
Sudah diperkirakan bahwa para pedagang bukan hanya berdagang beras tapi semua komoditi adalah orang yang bekerja pada situasi suram yang menangani sejumlah besar uang dan mengambil keuntungan besar.
Eksportir Bangkok, pengimpor Sinegal, dan para pedagang di Geneve, bisnis beras dilakukan antara ke 3 pemain ini dan krisis beras mulai muncul. Butuh waktu yang lama pasar beras adalah sungai panjang yang tenang, harga per ton beras mencapai sekitar 200 euro, yang berarti orang termiskin mampu membeli beras 20 euro per 50kg.
Cuaca memainkan peranan, kejadian peristiwa alam banjir yang terjadi di India dan kekeringan terjadi di Vietnam, beberapa Negara exporter cemas untuk memenuhi kebutuhan negaranya sendiri dan berhenti mengekspor beras dan sehingga dalam pasar global ini beras menjadi harta yang berharga dan sangat langka.
Pasar global lumpuh muncul Negara Asia yang memikirkan krisis itu yaitu Philipina, dalam setengah abad populasi Philipina meningkat 4× dan kini jumlahnya 90jt, 15jt hidup di kota besar Manila yang sebagian besar hidup di garis kemiskinan.
Philipina adalah produsen utama beras dengan lahan sekitar 4jt Ha dengan hasil sangat baik per Ha nya, namun secara resmi ini adalah cukup untuk memberi makan seluruh populasi dan kurang-lebih 10th impor meningkat 10× lipat, ironis atau tidak pemerintah Philipina pada 2008 mengimpor lebih banyak beras untuk memikirkan terjadinya pasar global.
Desas-desus atau kenyataan, harga beras meningkat tinggi, dalam 4 bulan terakhir harga meningkat antara 200-500 euro/ton tapi Philipina mau menerima harga beras yang tinggi itu. Tidak seperti Sinegal pemerintah Philipina masih memonopoli beras dan memutuskan sendiri apa yang dibuhkan Negara.
Philipina bekerja sama dengan Vietnam karena merekalah yang memberi harga yang bagus dan bisa dijadwalkan, dan kini mereka melakukanya dengan transparan dan dengan mengikuti berbagai prosedur. Dalam bertransaksi antar pemerintah ada komisi yang diberikan oleh Negara pengimpor dan banyak pembicaraan yang mengatakan bahwa presiden adalah orang pertama yang terlibat dalam transaksi aneh di Negara Philipina itu.
Ada system kepemimipinan yang dengan satu atau lain cara berusaha untuk menyudutkan pendapatan melalui berbagai monopoli, nah inilah yang sesungguhnya membuat ekonomi berlangsung dengan busuk Philipina adalah contoh utamanya, tingkat korupsi, hubungan antar politisi dan elite ekonomi juga terlibat dalam masalah ini.
Sinegal yang dihadapkan pada kurangnya beras dan harga yang melonjak tinggi, pemerintah harus campur tangan dan mereka membatasi beras impor sehingga dalam membatasi peningkatan harga dari importir dan seluruh pedagang tidak melalui seluruh penjual semuanya melalui perkiraan.
Makan dengan subsidi akan ntetapi harga tetap tinggi, sesuai pendapat Presiden Wade importer tidak main-main hanya untuk mencari untung, para importer juga bespekulasi dengan membeli bukan menjual, mengambil keuntungan dari pasar yang melonjak tinggi, semua orang berusaha mencari untung.
Para produsen eksportir Thailand berspekulasi, pedagang, semuanya berspekulasi, pemilik kapal juga bersepekulasi dengan biaya muat meningkat, para importir Afrika, semua penjual, para pengecer, seluruh rantai beras juga berspekulasi, dan ini yang menjelaskan mengapa pasar melonjak.
Kekurangan pada musim semi 2008 bukan hanya sekedar mitos tapi menunjukan pertanyaan-pertanyaan politik yang mendasar. Terjadi perubahan pada juni 2008 konferensi MAO, Organisassi pangan dan PBB melakukan rapat darrurat untuk mencari aspek-aspek lain, pertanian kini menjadi hal yang sangat prioritas namun janji dan komitmen datang dengan lambat.
Dakar adalah daerah yang mendapat goncangan hebat akibat krisis, presiden Wade memperbaiki kebijakan pengembangan pertanian dengan satu tujuan yaitu mencapai kecukupan pangan sehingga Sinegal tidak lagi tergantung dengan beras impor, nama dari gerakan ini adalah gerakan besar-besaran bagi pangan berlimpah dimana perancis menghasilkan ekonomi yang efektif, GUANA
Lembah sungai Niger yang dijadikan subjek untuk mengembangkan program hebat GUANA, di lembah ini mereka selalu menanam padi tapi tidak mau bersaing di pasar, meskipun demikian produksi meningkat, namun untuk tujuan apa mereka tidak cukup untuk menghasilkan beras, mereka harus mampu menjualnya, namun jaringan distribusi secara langsung tidak ada.
Cara pengolahan padi yang dilakukan masih sangat sederhana, dengan keadaan seperti itu masalah komersial dan pembangunan fisik harus diprioritaskan, maka keseluruhan industry harus dibangun agar dapat bersaing, tanpa ini kecukupan yang dibuat oleh GUANA hanya akan menjadi ilusi.
Mali yang terletak di tepi sungai Niger, semua kehidupan disana diatur oleh sumbar berharga yaitu sungai Niger yang mengalir keseluruh negeri sehingga Mli mampu menanam padi.
Krisis musim semi 2008 juga berdampak di Mali, industry beras yang hingga kini memberikan dukungan kecil menjadi prioritas bagi pemerintah sebagai Negara, Mali dengan luas tanah dimana padi bisa tumbuh dan mereka hanya bisa mempertimbangkan untuk melakukan apa yang disebut structural, pada setiap krisis, sebagaimana berbagai aspek negative ada berbagai kesempatan.
Mali di bawah presiden Toure untuk beberapa tahun telah mempertimbangkan bahwa masa depanya akan menjadi produsen utama beras. Untuk mencapai hal itu Mali juga mempertimbangkan jenis-jenis padi baru. Para peneliti pusat padi Afrika memberikan tantangan nyata yaitu pengembangan padi pada musim hujan yang hanya membutuhkan air pada musim hujan dan yang tahan terhadap perubahan iklim dan juga menghasilkan panen yang bagus. Dan padi baru ini disebut MERICA.
Pada 2009 panen akan lebih bagus dengan benih Merica, kinin beras cukup memberikan harapan di Mali, namun membutuhkan waktu, uang, dan kebijakan politik agar strategi penbangunan menjadi nyata. Mali melihat dirinya sebagai perilis revolusi pertanian tapi situasi tidak dapat berubah hanya beberapa bulan saja.
Ada beberapa kebudayaan orang Afrika yang membuat mereka tidak menghasilkan beras, rakyat Afrika tidak suka bekerja di air, karena ada penyakit yang disebut Buesia yang dapat merusak ginjal dan kalau kita lihat orang-orang Afrika itu bertubuh kuat akan tetapi tidak ada yang menjadi perenang olimpiade.
Kini Mali bekerja sama dengan Libia untuk membangun proyek yang memberikan peluang bagi investor swasta yang ingin berinvestasi dibidang pertanian, tujuan dari kerja sama ini tidak lain hanyalah agar Mali mendapat importir beras yang mudah, dan mempertimbangkan gambaran yang harus dihadapi generasi mendatang yang mana populasi bumi akan meningkat sampai 9 milyar pada th 2050, nah untuk menangani hal itu maka dibutuhkan kecukupan pangan dan produksi beras harus ditingkatkan, para ilmuan kemudian mengumpulkan puluhanribu jenis padi yang memiliki karakter yang berbeda dengan tujuan agar bisa berguna bagi kita dikemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar